Jalan-Jalan Santai ke Papandayan
Jika di-flashback, seingat saya, terakhir saya ikut trip naik gunung adalah saat trip Backpacker Jakarta (BPJ) ke Gunung Sindoro, November 2018. Tak terasa sudah hampir lima tahun, saya tidak melakukan aktifitas mendaki gunung. Vakumnya saya dari trip pendakian, tidak lain karena alasan pekerjaan. Sekitar pertengahan tahun 2019, saya ditugaskan ke salah satu unit organisasi di Medan. Sehingga otomatis, waktu, pikiran, tenaga tercurah ke tempat kerja yang baru.
Selama di Medan, saya juga tidak punya relasi atau grup trip yang bisa saya ikuti untuk bisa traveling, seperti halnya saat saya berada di Jakarta.
Ketika saya kemudian bisa pindah kerja lagi ke Jakarta, tentu saya sangat bahagia, karena bisa kembali ke habitat aslinya.
Walaupun mungkin saat ini sudah agak kurang memungkinkan bagi saya untuk ikut trip naik gunung seperti yang saya lakukan beberapa tahun lalu. Hal yang utama karena saya sudah tidak pernah berlatih fisik dengan optimal untuk mempersiapkan diri jika ingin ikut trip pendakian. Praktis, hanya trip yang tidak menguras banyak energi, yang saya ikuti.
Setelah sekian lama tidak pernah aktif mendaki gunung, ada undangan dari salah satu unit kerja di kantor tentang kegiatan yang dilakukan di Taman Wisata Alam (TWA) Papandayan pada tanggal 2-4 Agustus 2023.
Sebenarnya, saya bukan tipe yang mengunjungi satu tempat lebih dari satu kali, termasuk Papandayan ini, yang sebelumnya sudah saya kunjungi pada Juli 2018. Namun karena kunjungan ini dibiayai oleh kantor, ya dinikmati dan disyukuri saja hehehe…
Pihak pengundang sebenarnya hanya membiayai satu orang saja dari masing-masing unit kerja dan mempersilakan jika ada tambahan peserta dari unit kerjanya, dengan catatan biaya ditanggung sendiri oleh unit kerjanya. Sesuai skenario awal, pihak panitia dan bersama 1 orang perwakilan dari masing-masing unit kerja akan menggunakan empat mobil HiAce untuk moda transportasi dari kantor ke TWA Papandayan. Saya dan satu orang rekan lain, sebutlah namanya Mr. A, sudah membuat perencanaan, mulai dari transportasi berangkat dari Jakarta ke Garut, akan naik Bus Primajasa dari Cililitan pada tanggal 2 Agustus 2023 pukul 03.30 dinihari.
Sesampainya di Garut, rencananya nanti kami akan dijemput oleh panitia kegiatan dan juga pihak Pengelola TWA Papandayan untuk bisa ke lokasi kegiatan yang ada di Cottage Papandayan.
Kenapa perlu dijemput oleh pihak Pengelola TWA Papandayan? Ternyata ada informasi bahwa pada tanggal kegiatan, yaitu 2-4 Agustus 2023, sedang ada perbaikan jalan menuju ke Papandayan. Informasi perbaikan jalan ini, rupanya baru diterima oleh pihak panitia kegiatan pada tanggal 31 Juli 2023, tepat 2 hari sebelum keberangkatan.
Hari Selasa tanggal 1 Agustus 2023 sore, satu hari menjelang keberangkatan ke Garut, salah satu anggota panitia kegiatan menyampaikan ke saya bahwa ternyata ada dua seat HiAce tersedia karena ada peserta yang batal ikut serta kegiatan di Garut. Sehingga akhirnya saya dan Mr. A, tidak jadi menggunakan Bus Primajasa dari Cililitan. Beruntungnya kami saat itu, karena ternyata di kemudian hari, saat melihat kondisi jalan menuju Papandayan, rupanya cukup jauh dari pusat kota Garut. Hal itu ditambah pula dengan kondisi jalan yang memang sedang diperbaiki, dimana terdapat bahan material yang menumpuk di beberapa titik jalan.
Pihak Pengelola TWA Papandayan mungkin mengizinkan kami bisa melakukan kegiatan di Papandayan, karena mempertimbangkan bahwa pihak panitia kegiatan sudah melakukan booking jauh sebelumnya, sehingga tidak memungkinkan untuk pembatalan kegiatan. Alhasil kegiatan tetap dilakukan dengan pendampingan dari Pengelola TWA Papandayan.
Setibanya di Cottage Papandayan, panitia dan peserta lalu kemudian melaksanakan kegiatan hingga sekitar pukul 21.30 malam. Keesokan harinya, kami peserta kegiatan berkesempatan Jalan-Jalan Santai (JJS) untuk menikmati area TWA Papandayan.
Berangkat dari Cottage, sekitar pukul 05.00, peserta menuju ke Pos 7. Selama JJS ini, kami mendapat pendampingan dari pemandu yang disediakan oleh pihak Pengelola TWA Papandayan.
Selama di Pos 7 ini, peserta yang tiba lebih dulu wajib menunggu peserta lainnya yang datang belakangan. Panitia rupanya juga sudah membooking warung di Pos 7 ini untuk menyediakan makanan kecil bagi peserta. Di samping makanan dari warung tersebut, panitia juga ternyata sudah memesan makanan berat berupa nasi dan segala lauk pauknya untuk sarapan para peserta.
Seusai sarapan, peserta dibagi menjadi tiga tim, yaitu tim yang menuju danau, tim yang menuju Hutan Mati dan tim yang menuju Tegal Alun. Kebetulan saya bersama lima orang lainnya dan seorang pemandu yang menuju Tegal Alun.
Kami bertujuh berangkat dari Pos 7 sekitar pukul 07.45. Karena sudah pernah mengunjungi sebelumnya ke Papandayan, maka saya tidak mau begitu ngoyo untuk sampai ke tempat tujuan secepat mungkin. Kali ini saya lebih banyak berfungsi sebagai sweeper, karena ada salah satu peserta yang juga sudah saya kenal dengan baik, minta agar diback-up selama perjalalanan.
Karena saya sudah ada pengalaman pendakian sebelumnya, apalagi tidak tas keril yang dibawa selama JJS ini, saya tidak mengalami kendala yang berarti.
Sekitar pukul 09.28 kami akhirnya tiba di Tegal Alun. Setelah menikmati pemandangan dan berfoto-foto selama beberapa menit, kami akhirnya turun kembali ke Pos 7. Dari Pos 7 ini kami istirahat selama beberapa saat kemudian dilanjutkan menuju ke aliran sungai yang ada air hangatnya. Enam anggota tim ikut menikmati air sungai tersebut, sedangkan saya sendiri, duduk bersantai di tebing dekat air sungai.
Setelah menikmati air danau kemudian kami melanjutkan perjalanan melewati area dekat kawah hingga akhirnya sampai di Gapura Papandayan sekitar pukul 13.15.
JJS kali ini memang cukup menyenangkan karena memang tidak ditujukan untuk pendakian ke area camping di bagian atas Papandayan. Jadi saya nikmati saya perjalanannya….
20 thoughts on “Jalan-Jalan Santai ke Papandayan”
Kayaknya enakan santai gitu kan kalo naik gunung. Menikmati setiap ritme perjalanan…
Btw aku mah belom pernah naik gunung. Liat mas ris posting gini jadi tergelitik untuk ikutan naik.
Persiapan aja saja mas sebelum naik?
Yang perlu disiapkan tentu tidak hanya fisik, tetapi juga mental. Karena saat di gunung, karakter dan mental seseorang akan keluar aslinya. Apakah dia egois atau setia kawan dengan sesama rekan pendaki.
Paling enak kalau hiking bawa tas summit / tas kecil, jadi lumayan ngurangin beban saat harus berjalan nanjak 😀
Yang paling disuka dari papandayan adalah pemandangannya bagus, cocok buat pemula, kamar mandi dan airnya banyakk..hehe..
Mantap deh papandayan 🙂
Iya benar, mungkin hanya Papandayan, gunung yang menyediakan tempat mandi yang memadai dan juga banyak.
Yaa naik gunung, hiking, atay treking memang perlu jalan santai. Ga perlu terburu-buru. Jalan santai dengan kecepatan yang stabil malah lebih baik daripada cepat-cepat tapi sering berhenti.
Papandayan sekarang lebih bagus ya. Pengelolaan dilakukan dengan baik. Gunung ini memang cocok bagi mereka yang mendaki gunung dengan santai atau mereka yang butuh udara segar pegunungan
Benar, jalan-jalan santai saja, toh gunung tidak akan lari kemana.
Seru ya kalau udah pernah ke tempat yang sama, jadi nggak ambisi sampai puncak. Malah lebih menikmati setiap perjalanannya. Kadang, kalau baru pertama kan suka ambis bisa sampai puncak
Btw, fotonya keren-keren euy
Iya, kalau ke tempat yang sama, feelnya akan beda Dik Antin. Sesekali Dik Antin cobain naik gunung yang untuk pemula.
mantap mas Ris… biasanya setelah lama gak mendaki, terus mendaki lagi, kaki nyut2an 🙂
Benar Mas, sehabis naik gunung, kaki lumayan pegal-pegal.
huhu pengeeeenn.. satu2nya pengalaman saya cuman tracking rasa hiking di kaki gunung sesean, itupun tanpa rencana. Ceritanya cuma mau menilik kebun kopi warga, trus diajak ke kebun kopi yg pohonnya udah berusia puluhan tahun bahkan sampai ratusan… eh ternyata rasa hiking, kita gak ada persiapan, bahkan ada yg pakai rok (tp tetep pakai shorts sih ya dalamnya)…. tp gara2 itu jadi semangat kayaknya klo hiking ceria di papandayan mah masih sanggup… pun gak ambis sampe puncak
Pemandu kami juga cerita, bahwa dirinya sedang mencoba menjadi petani kopi. Di masa depan nilai komoditi kopi lumayan akan makin meningkat secara ekonomi.
Mendaki memang semenyenangkan itu, kembali lagi ketempat yang sudah pernah dikunjungi sebelumnya, tapi tentu saja ceritanya akan berbeda, dan yang pasti tetap saja menyenangkan.
Iya, Bang. Cerita akan berbeda walaupun dari tempat yang sama.
Wahh jd inget k ppndayan dlu sm mas ris ya? Sm bang eka leni dan yg lain. Skrg nama nya jd cottage papndayan ya mas? Byk berubah
Iya dulu kita bareng-bareng ke Papandayan. Cottage Papandayan ini memang tempat menginapnya di TWA Papandayan yang ada kamar dan bed-nya. Beda lokasi dengan area camping kita dulu.
Pemandangan alam Papandayan ternyata secantik itu ya. Duh, jadi pengen kesana juga jadinya hehe…
Dan poin penting yang aku juga setuju sekali adalah tentang menikmati ritme dari perjalanan itu sendiri. Intinya itu. That’s a point.
Menikmati perjalanan tanpa harus diburu oleh waktu tentu lebih mengasyikkan ya Mbak
Alhamdulillah, rejeki ga kemana ya mas ris. Suka denger papandayan cukup landai kok, tapi liat foto trek nya itu ya lumayan juga ya, ahahaha. Ga cocok jadi anak anak gunung club deh aku mah, 😂
Pendakian kan bisa ada tingkatannya Mbak. Ada gunung yang untuk pendaki pemula kok.