Mensyukuri hidup di Jagakarsa
Berawal dari salah satu postingan di media sosial twitter, yang membahas area Jakarta Selatan (Jaksel), membuat saya tergelitik ingin membuat artikel tentang Jagakarsa, yang merupakan kecamatan dimana saya tinggal. Banyak orang yang mengira kalau area Jaksel itu kehidupannya pasti modern, misalnya seperti perkantoran di SCBD, dengan segala kemewahannya. Ditambah lagi dengan munculnya stereotip beberapa waktu yang lalu, kalau anak Jaksel cas cis cus berbahasa Inggris.
Padahal hal tersebut tidak seluruhnya benar, karena masih banyak area di Jaksel yang memang masih kampung banget, misalnya di Jagakarsa ini. Di tempat ini, kamu akan mendapatkan keasrian Jakarta dengan kehidupan yang sederhana. Di sini juga tidak perlu berkomunikasi sehari-hari dengan Bahasa Inggris kok hehehe…
Jagakarsa memang berbatasan langsung dengan Kota Depok. Dan hal itu membuat kehidupannya terkadang memang bercita rasa Depok. Namun demikian, saya berharap Jagakarsa tidak seviral Depok yang dengan berbagai macam hal absurdnya.
Dengan segala kesederhanaannya, Jagakarsa tetap bisa terhubung dengan tempat lainnya di Jakarta karena adanya sarana transportasi cukup memadai. Setidaknya ada tiga rute transportasi Jaklingko, yang berbiaya 0 rupiah alias gratis, melintasi daerah Jagakarsa ini. Mulai dari JAK 46 dengan rute Jagakarsa-Pasar Minggu, JAK47 dengan rute Ciganjur-Pasar Minggu dan JAK64 dengan rute Aselih-Lenteng Agung.
Bahkan khusus untuk JAK47, animo masyarakat untuk memanfaatkan angkutan gratis ini sangat meningkat, mengalahkan minat menggunakan angkutan mikrolet dengan rute yang sama. Iya…, rute yang sama, yaitu mikrolet M20 rute Ciganjur-Pasar Minggu. Beberapa kali saya melihat mikrolet ini penumpangnya hanya 1-2 orang saja, bahkan seringkali tanpa penumpang. Hal yang wajar karena Jaklingko dipilih masyarakat dengan setidaknya ada dua alasan. Yang pertama adalah karena dari sisi gratisnya. Sedangkan yang kedua, karena Jaklingko tidak ngetem seperti mikrolet.
Saya punya pengalaman tidak mengenakkan tentang ngetemnya mikrolet M20 ini. Karena kesal menunggu muatan penumpang penuh, saya akhirnya turun dari angkot ini untuk kemudian memesan ojek online. Eh, tidak lama kemudian angkot itu baru bergerak, setelah saya sudah dalam posisi mau naik ojek online. Kesal banget kan….
Kalau mau menggunakan moda transportasi kereta api, di Jagakarsa terdapat tiga stasiun yaitu Stasiun Tanjung Barat, Lenteng Agung dan Universitas Pancasila. Khusus di Stasiun Tanjung Barat, tidak jauh dari mall cukup besar yang sudah beroperasi beberapa waktu yang lalu, yaitu Mall AEON.
Kalau warga Jagakarsa ingin menggunakan Bus TransJakarta, halte yang terdekat ada di Halte Ragunan. Di sini terdapat beberapa rute, seperti Ragunan-Dukuh Atas 2, Ragunan-MH Thamrin Via Kuningan, Ragunan-MH Thamrin Via Semanggi, Ragunan-Polda Metro Jaya dan Ragunan-Puri Beta 2.
Di Halte Ragunan ini terdapat fasilitas Park and Ride Vertical, yang digunakan untuk pemilik kendaraan memarkir kendaraannya dan selanjutnya menggunakan Bus Transjakarta.
Di Jagakarsa juga terdapat lima rumah sakit yang fasilitasnya cukup memadai. Diantaranya adalah RSUD Jagakarsa, rumah sakit pemerintah tipe D. Sedangkan rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit Ali Sibroh Malisi, Rumah Sakit Andhika, Rumah Sakit Zahirah dan Rumah Sakit Aulia. Keempatnya adalah rumah sakit swasta dengan tipe C. Jadi, kalau sedang sakit, warga Jagakarsa punya banyak pilihan jika nantinya dirujuk dari faskes tingkat pertama saat menggunakan BPJS.
Untuk pilihan wisata, Jagakarsa punya tempat yang lumayan terkenal, yaitu Setu Babakan. Di tempat ini terdapat danau buatan dan juga tempat yang menjadi wadah Seni Budaya Betawi. Dalam hal ruang terbuka hijau, Jagakarsa mempunyai beberapa taman seperti Taman Tabebuya, Taman Panjang, Taman Spathodea. Saat ini juga terdapat Hutan Kota Ciganjur, melengkapi ruang terbuka hijau yang sudah ada.
Jadi, walaupun berada di ujung selatan Jakarta yang berbatasan dengan Depok, warga Kecamatan Jagakarsa tidak hanya bisa menikmati fasilitas publik yang lengkap tetapi juga menikmati suasana asri yang menjadi dambaan orang-orang yang hidup di kota besar.
31 thoughts on “Mensyukuri hidup di Jagakarsa”
Tulisan yang bgus mas ris, karena bisa mengangkat sisi lain dari jak sel yg penuh stereotip tertentu 😀
Mungkin 20 tahun lagi kalau baca tulisan mas ris ini akan jadi sesuatu yg memorable karena dalam 20 tahun pasti daerah yg ‘sederhana’ ini pun akan tumbuh menjadi wilayah yg sophisticated seperti ‘saudara2nya’ di wilayah jak sel lainnya 🙂
Kota Jakarta di masa mendatang pasti akan terus berkembang, termasuk Kecamatan Jagakarsa ini. Semoga nantinya wilayah ini tetap asri dan nyaman untuk ditinggali.
Sebagai warga Depok aku terkesima dengan keasrian Jagakarsa yang punya banyak taman2 dan tak menampik bahwa Depok sangat penuh dengan ke-absurd-an. Mana tau kalo ntar terpilih walikota yang itu, jd ga absurd lg wkwkwkwkw
Wah blog saya dikomentari oleh orang Depok hehehe… Siapapun yang terpilih menjadi walikota Depok, semoga bisa menjadikan Depok lebih baik lagi.
Aku setuju kalau daerah jagakarsa masih rindang dan banyak pohon. Suasananya beda dengan daerah jakarta lainnya. Aku ada teman tinggal di jagakarsa dan suka dengan suasana rumahnya yang banyak pohon dan gang rumah yang ga rapat.
Transportasi, ruang publik, fasikitas umum sudah jadi kebutuhan masyarakat yang tidak terpisahkan. Dan sebagian besar daerah jakarta sudah terakomodasi dengan itu semua.
Jakarta sebagai ibukota tentunya memang memiliki fasilitas publik yang lebih lengkap dan lebih maju dibandingkan kota-kota lainnya.
Menarik sekali, Cerita yang berbeda, dari kebanyakan streotip nya anak Jaksel, yang biasanya anak-anak keren, Cas Cis Cus berbahasa Ingris, ala anak SCBD, tapi memang Jagakarsa jangan sampe disterotipkan dengan Depok, yang biasanya selalu akrab dengan berita-berita Absurd, semisal kejadian babi ngepet yang menggemparkan Indonesia, tau taunya bohongan.
Iya, mudah-mudahan Jagakarsa dikenal dengan hal-hal positif.
Pernah tinggal di Jaksel (Cilandak & Cipete) setahun lebih dan ya, gak seperti yang kaya di medsos bicara campur inggris dll. Karena mungkin tinggal di perkampungannya kali ya hahah, oh ya salah satu tempat yang saya pengen kunjungin kalau ke Jagakarsa tu ke Taman Spathodea. Penasaran aja sama taman ini, sepertinya nyaman kalau datang ke sana.
Iya, kalau di perkampungan mana ada yang pakai Bahasa Inggris.
Taman-taman di Jagakarsa, termasuk Taman Spathodea lumayan ramai kalau weekend.
Silakan nanti dikunjungi saja.
Mantap deh Jagakarsa sekarang makin bagus, apalagi banyak taman juga jadi makin asri
Iya betul, semoga Jagakarsa makin bagus.
Lengkap ya di Jagakarsa. Ada area hijau, dekat ke rumah sakit, dan banyak pilihan moda transportasi. Pasti ga sepanas Jaksel yang mepet-mepet SCBD ya mas hehe
Ciee, yang rumahnya dekat SCBD.
Pasti sudah biasa ngomong Bahasa Inggris di lingkungan rumahnya wkwkwkw…
Saya penasaran banget pengen ke Setu Babakan ketika event, 2 kali ke situ di hari biasa selalu… saya penasaran ngulik budaya betawi secara langsung
Setu Babakan memang menjadi tempat andalan Jagakarsa untuk wisata, Mbak.
Jagakarsa. Sebuah dearah atau kawasan yang sering disebut Jaksel Perjuangan atau Depok Coret. Orang yg baru pertama kesana mungkin nggak bakal ngira kalo itu di Jakarta :’)
Iya, Jakarta bagian pinggiran banget. Istilahnya Jakarta dengan cita rasa Depok.
Sisi lain dari Jaksel
Betul sekali…
Aku punya saudara tinggal di jagakarsa dan memang tanah di sana sudah mahal ya. haha. oia tetapi dibandingkan dengan daerah yg lain di jakarta, Jagakarsa termasuk asri dengan banyaknya pohon hehehe
Iya harga tanah dan properti tiap tahun pasti naik. Apalagi di daerah yang strategis seperti SCBD,harganya bisa mahal banget per meternya.
Jagakarsa… memang lebih adem daripada Jaksel2 lainnya. Tamannya dan RPTRA pun banyak dan cantik. Tapi jauh dari mana-mana (eh deket sama D.E.P.O.K ding), even ada angkutan gratis pun. Harus meluangkan waktu lebih “pagi” kalau mau ke “Jakarta”.
Iya, setidaknya Jagakarsa, yang terletak di pinggiran, terkoneksi dengan transportasi untuk ke pusat kota.
Yg paling lucu itu justru petanya… Republik Rakyat Kalcit… 😁
Iya Kalcit sudah seperti wilayah tersendiri karena punya apartemen yang besar dan banyak penghuninya.
Liputan yang menarik, yang langsung bikin menarik buat aku Hutan Kota Ciganjurnya, jadi penasaran, kapan-kapan mungkin bisa coba untuk berkunjung kesana.
Jaclingkonya juga seru sepertinya, aku sendiri belum pernah naik hehe..boleh dicoba juga kalau momentnya pas.
Baik Kak.
Di Jagakarsa sebetulnya juga ada banyak taman lainnya. Yang saya cantumkan itu hanya beberapa saja.
saya melihat teman yang hidup dijakarta aja sudah salut
karena kalau saya yang tinggal di timur jawa ini
jakarta itu adalah tujuan hehe
Jakarta itu untuk tempat mencari nafkah yang menjadi tujuan mayoritas orang di Indonesia. Jadi mau tidak mau harus membiasakan dengan atmosfir di kota ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Saya berharap Jagakarsa tidak seviral Depok yang dengan berbagai macam hal absurdnya.
Btw, absurdnya gimana ya bro? hehe… penasaran saya yg dari pedalaman sumatera ini.