Trip Seru ke Gunung Prau
Gunung Prau… kalo ingat nama itu bagai sebuah lelucon buat saya.
Bagaimana tidak? Kampung halaman saya ada di wilayah dekat Sukorejo-Kendal yang lokasinya sebenarnya tidak terlalu jauh dari gunung tersebut. Tapi selama bertahun-tahun lamanya saya belum pernah mendaki ke gunung tersebut.
Akhirnya kesempatan untuk menjelajah gunung tersebut datang juga. Bersama dengan teman-teman dari komunitas Backpacker Jakarta (BPJ) yang dikomandoi oleh trio CP yaitu mas Karlim, mas Momo dan Mbak Anna Amelia.
Sesuai rencana, trip sendiri akan dimulai dari base camp di Patak Banteng. Namun dalam perjalanan ke arah base camp tersebut ada kendala dikarenakan sedang ada pembangunan jembatan. Sehingga arus transportasi dari dan menuju Patak Banteng menjadi terputus.
Dua jalur jalan dari arah berlawanan menjadi semrawut, karena masing-masing kendaraan baik mobil pribadi, angkutan umum maupun angkutan barang dan ditambah pula dengan puluhan sepeda motor bertemu di jalan yang sempit. Alhasil bus dengan peserta trip di dalamnya terjebak di kemacetan parah selama sekitar satu jam lamanya.
Karena bus tidak bisa melanjutkan perjalanan, maka sesuai kesepakatan bersama seluruh tas carrier dan bawaan lainnya akhirnya dikeluarkan dari bus untuk kemudian dibawa oleh masing-masing pemiliknya dengan berjalan kaki melewati konstruksi jembatan yang sedang dibangun.
Bagi saya pribadi, hal tersebut tidak masalah karena sekaligus untuk pemanasan sebelum melakukan pendakian yang sebenarnya.
Setelah melewati konstruksi jembatan tersebut, peserta trip beserta tas carrier dan bawaan lainnya melanjutkan perjalanan, kali ini menggunakan bus ukuran 3/4. Tas carrier dan barang lainnya disatukan dan diikat pada bagian atap bus. Sedangkan peserta masuk ke dalam bus, tentunya dengan kondisi berdesak-desakan.
Tak berapa lama perjalanan, akhirnya bus 3/4 tersebut tiba di desa Patak Banteng. Sesampainya di base camp yang bernama “Azada Lesehan” kami pun beristirahat sembari mengisi perut.
Beberapa peserta trip ada yang menggunakan base camp lainnya untuk beristirahat dan juga mengisi perut.
Azada Lesehan ini adalah rumah sederhana yang dikelola oleh Pak Ndarin bersama istrinya. Di dalamnya terdapat ruangan yang cukup untuk beristirahat dengan dilengkapi fasilitas kamar mandi dan kamar untuk shalat. Di samping itu, base camp tersebut juga menyediakan makanan, souvenir dan juga oleh-oleh khas daerah setempat.
Mbak Anna Amelia berinisiatif membuatkan nasi goreng untuk beberapa peserta trip. Saya pun memesan menu tersebut karena memang makanan tersebut adalah salah satu favorit saya jika travelling. Ternyata masakan yang dibuat oleh mbak Anna Amelia cukup enak, setidaknya saya bisa carbo loading sebelum mendaki.
Setelah beberapa orang mendapatkan masakan nasi goreng ala Mbak Anna Amelia, istri Pak Ndarin baru tiba di rumah dan mengambil alih pekerjaan mbak Anna Amelia membuatkan nasi goreng.
Pendakian sendiri dimulai pukul 14.00 WIB, dengan melewati beberapa anak tangga di sekitar area base camp. Selama dalam jalur pendakian saya bertemu dengan Mbak Ida, sesama peserta trip BPJ yang dulunya pernah satu trip ke Banyuwangi. Kali ini mbak Ida melakukan trip bersama temannya yaitu mbak Astrid.
Semula saya bisa berjalan beriringan dengan kedua perempuan tersebut, namun di tengah perjalanan muncul masalah, ketika kaki kanan saya beberapa kali kram. Sehingga saya pun tertinggal oleh mereka. Ketika saya berhasil menyusul mereka pada saat mereka beristirahat, tak berapa lama gantian kaki kiri yang kram. Sehingga beberapa kali saya menghentikan langkah untuk sekedar meluruskan dan meregangkan kaki.
Saya pun akhirnya harus berkompromi dengan kondisi saya dan berjalan perlahan-lahan menuju ke atas. Setelah dengan susah payah, akhirnya sampai juga di puncak Prau. Di tempat ini, saya kembali bertemu dengan Mbak Ida dan Mbak Astrid.
Ternyata kami bertiga mendahului peserta trip BPJ yang lain. Karena memang belum mendapat lokasi camping, maka kami pun segera berburu tempat tersebut. Hal itu dilakukan karena lokasi camping tentunya akan menjadi rebutan dengan kelompok pendaki yang lain, maklum saja peserta trip BPJ seluruhnya sekitar 34 orang. Jadi kamipun harus rebutan “lapak” untuk camping dengan kelompok pendaki lainnya.
Saya, dengan dibantu Mbak Ida dan Mbak Astrid akhirnya menemukan lokasi yang cocok serta langsung mendirikan tenda untuk kelompok pendaki kami. Tak berapa lama, peserta trip BPJ lainnya mulai berdatangan dan langsung juga mendirikan tenda.
Setelah mayoritas peserta trip sudah sampai di Puncak Prau, kesibukan di lokasi camping mulai terasa. Mulai dari ganti pakaian, hingga pada kegiatan memasak.
Lagi-lagi, mbak Anna Amelia menunjukkan kepiawaiannya dalam hal masak-memasak. Dia dan dibantu beberapa orang lainnya memasak untuk makan malam peserta trip.
Makanan pun disantap oleh peserta trip, tentunya dengan menu yang sederhana. Usai makan malam beberapa peserta ada yang langsung meringkuk ke dalam tenda, beberapa peserta lainnya ada yang sibuk berfoto-foto dengan background langit di malam hari. Maklum, bintang tampak begitu jelas di langit Puncak Prau. Suhu di puncak Prau sendiri lumayan dingin dan kadang disertai hembusan angin yang cukup kencang.
Pagi harinya, moment yang paling ditunggu oleh para pendaki yaitu menyaksikan sunrise. Semula saya tidak begitu berminat menyaksikan moment tersebut dan lebih menikmati menu sarapan pagi yang lagi-lagi dibuat oleh mbak Anna Amelia dengan dibantu teman-teman yang lain.
Seusai sarapan, karena beberapa teman yang lain masih menikmati moment sunrise, saya pun berubah pikiran dan bergabung dengan mereka untuk berfoto-foto. Selesai itu, saya kembali ke area camping sembari menunggu peserta lainnya sarapan.
Seusai sarapan, kami pun merapikan peralatan memasak setelah itu satu persatu tenda dibereskan dan dirapikan. Sekitar pukul 11.00 kami pun mulai turun gunung. Waktu tempuh hingga mencapai base camp sekitar 1 jam 45 menit, jauh berbeda dengan waktu yang saya butuhkan pada saat mendaki sampai ke puncak Gunung Prau yang memakan waktu sekitar 3 jam.
Di base camp Azada Lesehan, saya menikmati masakan nasi goreng yang kali ini dibuat oleh istri Pak Ndarin. Kebetulan saat itu ternyata ada juga kelompok kecil pendaki lain dari Jakarta yang sedang menggunakan rumah Pak Ndarin sebagai base campnya.
Dari informasi yang Pak Ndarin sampaikan rumahnya memang sering digunakan oleh para pendaki untuk singgah. Pernah suatu kali, ada rombongan dalam jumlah besar menginap di rumah Pak Ndarin, padahal Pak ndarin sendiri sempat menawarkan ke rombongan tersebut untuk menginap di tempat lain yang lebih layak tetapi mereka menolaknya. Mungkin mereka lebih nyaman tinggal di rumah Pak Ndarin.
Dengan keramahan dan kesederhanaan mereka Pak Ndarin dan istri, banyak orang yang akhirnya nyaman dengan rumah dan suasana di dalamnya serta kembali lagi ke tempat tersebut.
Dari pendakian Gunung Prau, setidaknya saya mendapatkan pengalaman berharga untuk selalu siap dalam pendakian. Tiap gunung punya karakteristik tersendiri, gunung yang tak terlalu tinggi pun ternyata bisa membuat kram kedua kaki saya. 🙂
52 thoughts on “Trip Seru ke Gunung Prau”
Senengnya bisa mendaki gunung, aku mendaki bukit aja kaki langsung nyut2an, hehe
Iri itu ketika, dari ketinggian ternyata alam tampak lebih indah, dan aku selalu di dataran rendah, hiks
Berwisata gak usah yg susah-susah. Sesuaikan dgn minat, toh tempat wisata gak cuma di gunung saja hehehe…
Belum lama ikut trip dieng cuman bisa liat prau dari kejauhan aja, makasih Mas udah berbagi ceritanya
Cobain mbak lain kali. Pas trip yg saya ikuti banyak yg jalan santai saja kok…
Nanjak sikunir aja udah lelah Mas ?? apalagi prau hehe
foto-foto yang dilampirkan bikin iri sekaligus terpana akan kecantikan Gunung Prau. aku suka kalimat penutupnya bahwa tiap gunung punya karakteristik sendiri
Iya, mbak. Pengalaman apapun bisa berguna buat kita.
Pasti udh kepikiran buat dijadiin materi nulis blog jd moto Pak Ndarin dan isteri. soktau dikir ?
Masukin semua hal ke tulisan di blog. Namanya juga msh belajar wkwkwk…
Recommend nih buat pemula. View nya jg bagus
Iya mbak. Cuma kemarin pas musim kemarau,tracknya agak berdebu.
Walahhh klo musim ujan malah gak recomended krn ombak laut gede bonnet
ctrl+f ketik anna wkwkwk ternyata mas ris nyebut 7x nama anna.
makanannya enak banget pasti sampe disebut berkali2.
thanks sharing nya
bagus pemandangannya 😉
http://www.belajaronlineshop.com
Mbak Anna itu CP sekaligus diandalkan buat Chef hahaha…
Suka banget sama Prau. Dari pertama kesana udah jatuh cinta. Buat pemula juga pas banget. Aku aja selalu ketagihan buat kesana ??
Naik gunung itu selalu bisa bikin ketagihan hehe….
Prau emang gada matinya.. bagus banget pemandangannya.. sayang dulu saya gak dapet langit berbintang disana.. dah lama sekali sejak kesana
Kebetulan waktu itu, langit cerah mbak hehehe…
ini gunung kedua yg saya daki .. sejujurnya pulanh dari sini saya jalan terseok-seok .. hahahha
jadi rindu basecamp lesehan ihh ??
Kalo saya nanjaknya yg kadang termehek-mehek. Turunnya sih bisa jalan sekalian nggelinding hehehe…
wah… jadi tambah pengen kesana mas…
Cobain bang kapan-kapan,sekalian olahraga…
Seru dan asik ya mas
Sepertinya saya kudu mesti nih ke sana…
Silahkan dicoba mbak.
Memang bener sih, orang lokal kayak kita hampir bisa dipastikan malas dtg ke tempat wisata yg dekat sama kampung sendiri, kayak saya tinggal di kaki gunung lawu tapi belum pernah muncak ke lawu 🙁
Yang jauh diseberangi dan didaki, yang dekat kadang diabaikan hehehe…
Pemandangan dari Gunung Prau selalu keren ya mas. Cuma gunung itu lumayan terkenal rame, jadi belom pernah kesana deh hehe
Karena cocok buat pemula mbak, jadi rame. Waktu itu, puncaknya jadi lautan tenda hehehe…
Pertama kali mendaki gunung, langsung mempersiapkan fisik dan alhamdulillah berhasil mendaki pertama kali di Semeru
Wah mantap mas. Saya naik gunung pertama kali ke gunung ke Ciremai dan tanpa persiapan yg memadai. Walhasil badan sakit semua plus kaki keseleo wkwkwk…
aku masih berniat buat kesini ini mas. karena katanya gunung ini aman buat pemula yaaa. aduuh kapan ya?
Buat pemula sih oke oke saja, walaupun di bbrp titik agak lumayan juga. Tungguin saja trip BPJ berikutnya…
siaap
Prau memang indah bgt. Tak terlupakan. Mantabbbb
Betul banget…
Lengkap banget infonya Ka. Belum pernah Naik gunung saya ????
Sesekali cobain aja gunung yg tingginya sekitar 1000 mdpl kebawah, gak usah yg berat-berat hehehe…
wah gue juga punya cerita lucu di prau bangris, tenda sewaan kebakar karna kena api kompor hahaha
btw, nice story! sukses bikin kangen prau
Wkwkwk… buat pengalaman. Biar lebih hati-hati kalo pas masak-memasak.
Makasih Mas, sudah membangkitkan kembali kenangan2 manis yang sudah saya kubur. Tapi ya sudahlah.
Yang sudah lalu biarlah berlalu wkwkwk…
Sukses bikin envy ceritanya mas… jd pngn nanjak… hehe
Silahkan dicoba, dan rasakan sensasinya…
Ungkapan “Rumput tetangga lebih hijau makanya rumput sendiri jarang dilirik” tempat jauh udah dijejaki tapi yg deket kadang ga kepikiran ya
Betul mas. Di Jakarta juga gitu, banyak spot yg blm dikunjungi, malah travelingnya ke luar Jakarta terus.
Bagus fotonya bang Ris.. Ditunggu tulisan Bromonya ya hehehe..
Sama-samalah nanti nulis tentang Bromo hehehe…
Pemula macam gue sanggup g ya?
Ayo kamu bisaaa…
berdasarkan cerita ini tempatnya sangat menarik
pengen deh trip ngedaki gunung prau ini 🙁
Silakan dicoba sesekali gitu, kakak.